SELAMAT DATANG DI BLOG MANAJEMEN PENGEMBANGAN PEMIKIRAN,PSIKOLOGI, PSIKIS (MP4)

ASSALAM


A.    MUKADIMAH
Jika kita menyimak dan memahami tentang sejarah kemunculan pesantren di Indonesia (baca: pondok), tentu kita akan banyak menemukan beragam literatur yang memiliki sudut pandang sejarah yang berbeda-beda. Maka dari sana timbullah suatu pertanyaan, apakah pesantren merupakan lembaga pendidikan khas asli masyarakat Indonesia ataukah khas Timur Tengah ? Sejarah telah membuktikan bahwa sesungguhnya pesantren secara eksistensinya telah ada jauh sebelum para ulama nusantara mulai ber’nomaden’ ke Timur-Tengah. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya sistem pesantren pada masa wali songo yang dirintis pertama kali oleh Hadratus Syekh Maulana Malik Ibrahim di kota Gresik yang kemudian dikembangkan oleh Raden Rahmatullah.  Maka tidak salah jika cendekiawan Muslim Prof. Dr. Nurcholis Madjid – yang akrab dipanggil dengan Cak Nur – pun mengatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang indegenous culture.
Dalam gerak perjalanan sejarah pendidikan Indonesia, pesantren memiliki peran yang cukup signifikan dalam membangun dan membentuk karakter manusia Indonesia, yang salah satunya adalah memupuk jiwa “nasionalisme” para santri demi mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia yang pada saat itu berada dalam kondisi penjajahan. Secara pragmatis tujuan pendidikan pesantren sebagaimana yang disampaikan oleh M. Masyhur Amien dalam bukunya yang berjudul Metode Dakwah dan Beberapa Keputusan Pemerintah tentang Aktivitas Keagamaan (Amien, 1980: 61), mencakup tiga hal; a. menanamkan akidah yang mantap di setiap hati seseorang, b. tujuan hukum, yaitu pengarahan untuk menuju kepatuhan setiap orang pada hukum yang telah disyari’atkan oleh Allah swt. dan c. menanamkan nilai-nilai akhlak kepada masyarakat jawa.
Lembaga Pendidikan Pondok Modern Assalam merupakan salah satu Pondok Alumni Darussalam Gontor yang ikut serta mendukung dan mengembangkan sistem pendidikan Islam dalam membentuk karakter dan jiwa yang islami demi mencetak kader-kader generasi Muslim.
Menyadari bahwa betapa gelombang modernisasi dan era globalisasi yang terus merambah hingga sampai ke urat nadi kehidupan masyarakat Indonesia, maka Pondok Modern Assalam terus mencoba untuk tetap menjaga tradisi kepesantrenan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai positif dari arus modernitas dan pengaruh budaya Barat yang sangat banyak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal inilah yang menjadi landasan pemikiran lembaga pendidikan Pondok Modern Assalam untuk menggerakan roda pendidikan dan pengajaran dengan terus menyesuaikan perkembangan sistem pendidikan, sebagaimana dikatakan al-Muhafadzah ‘ala al-Qadim al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah, mempertahankan tradisi lama dengan mengambil sesuatu yang baru yang lebih mashlahat.
Berbeda dengan corak pendidikan pesantren tradisional yang selama ini menitikberatkan pada kajian kitab kuning, Pondok Modern Assalam mencoba membangun sistem pendidikan dan pengajaran yang mempunyai landasan bahwa pendidikan adalah lebih penting daripada pengajaran, sebenarnya ini merupakan konsep pendidikan Islam. Dan motto ini tidak bermaksud untuk menafikan pengajaran tanpa memberi para santri ajaran dan nilai-nilai pendidikan tetapi justru sistem pengajaran tetap dikemas dengan nilai-nilai pendidikan.
Demi menjaga keutuhan dan kemurnian pendidikan dan pengajaran, maka Pondok Modern Assalam harus memiliki serta mempertahankan landasan falsafahnya bahwa Pondok Modern Assalam berdiri di atas dan untuk semua golongan, yang itu berarti bahwa benar-benar lembaga Assalam terlepas dari kepentingan politik atau organisasi massa apapun. Bahwa lembaga Assalam bukanlah lembaga pendidikan yang berpolitik tetapi bukan berarti anti-politik. Namun lembaga Assalam tidaklah buta politik dan tidaklah tutup mata terhadap politik justru dalam pembinaan mencetak kader-kader muslim yang handal dalam memimpin kelak di kemudian hari maka lembaga Assalam membekali para santrinya dengan belajar ilmu dasar-dasar keorganisasian dan kepemimpinan.
 “Alhamdulillah”, Pondok Modern Assalam saat ini telah memasuki usianya yang ke-29 tahun sejak didirikannya pada tahun 1968. Dengan segala yang telah dicapainya tentu oleh semua kita dengan harapan bahwa kelak lembaga pendidikan Assalam akan menjadi lebih progresif, lebih maju, dan lebih berkembang baik itu di bidang pendidikan maupun pengajaran. Maka semua pencapaian ini patut kita syukuri sekalipun disana-sini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Sampai saat ini pun jumlah santri Pondok Modern Assalam pada setiap tahunnya semakin bertambah. Ini tentu tidak lepas dari keikhlasan para pendiri, pimpinan, dan semua guru-guru. Pun tidak terlepas pula peran para alumninya yang saat ini sudah menyebar di berbagai pelosok Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, mereka mempunyai jasa yang “secara tidak langsung” berdampak pada perkembangan Pondok Modern Assalam.
Semoga dengan mujahadah dan do’a serta bantuan dari berbagai pihak, lembaga Pondok Modern Assalam akan selalu senantiasa dalam bimbingan dan ridho-Nya sehingga diharapkan lembaga Pondok Modern Assalam akan mampu mencetak para santrinya sebagai kader-kader pemimpin umat yang berjiwa, bermoral, dan berakhlak mulia serta bermental islami demi agama, nusa, dan bangsa.

B.     LATAR BELAKANG SEJARAH
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak K.H. Abdurrahman bahwa beliaulah sebenarnya yang telah mendirikan Pondok Modern Assalam, apalagi notabene pondok yang bersistim modern belumlah ada di Jawa Barat saat itu, khususnya di Sukabumi. Akan tetapi karena bermula dari hidayah Allah yang diberikan kepada putranya, yang bernama, K. Lukman Herawan ketika dia masih belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang berawal dari pertemuan antara beliau dengan Ahmad Ghazi, Putra dari salah satu pendiri pondok Gontor, K.H. Ahmad Sahal, dan kakak dari K.H. Hasan Abdullah Sahal, yang kini menjadi salah satu pimpinan pondok modern Gontor.
Namun jauh sebelum itu K.H. Abdurrahman telah memiliki inspirasi dan cita-cita untuk mendirikan pesantren. Akan tetapi beliau menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang petani yang berlatarbelakang pendidikan SR (Sekolah Rakyat). Oleh sebab itu keinginan dan cita-cita mendirikan pesantren pun diwujudkan bersama putranya yang bernama K. Lukman Herawan.
Pertemuan K. Ir. Lukman Herawan dengan Ahmad Ghazi berlanjut pada saat kunjungan beliau ke Pondok Modern Gontor, sebagaimana yang telah dituturkan oleh K. Badrusyamsi. M.MPd. Kunjungan ini tiada lain terdorong dari hamasah (baca: keinginan) ayahanda beliau, K.H. Abdurrahman, yang selalu mengirim surat kepadanya dengan anjuran dan nasehat agar dia harus selalu belajar agama walaupun berada di kampus umum. Akhirnya K. Ir. Lukman Herawan pun pergi ke Gontor untuk menimba ilmu.
Sepulangnya dari Gontor, K. Ir. Lukman Herawan pun mulai bercerita kepada ayahandanya perihal Pondok Modern Gontor. Cerita yang disampaikan oleh Ir. Lukman Herawan kepada ayahandanya ini kemudian menginspirasi KH. Abdurrahman untuk mewujudkan pesantren. Pada tahun 1968, K. Lukman Herawan – setelah menamatkan pendidikan dan pengabdiannya di Gontor – bersama dengan ayahndanya K.H Abdurrahman mendirikan Pondok Modern Assalam dengan sistem Pondok Modern Gontor. Namun ternyata Allah berkehendak lain, 15 hari setelah pendirian pondok modern Assalam K. Ir. Lukman Herawan wafat.
Daerah berdirinya Pondok Modern Assalam pada awalnya adalah tempat sunyi yang jauh dari keramaian. Tidak terdapat pesantren di sana kecuali pesantren yang bercorak salafi, seperti di Pakuwon misalnya. Pun jarang ada tokoh dan Kyai yang muncul. Namun ada kyai yang saat itu sangat dikenal di daerah Kapalacarang beliau bernama K. Sarkosih, kebetulan ayahanda dari K. Badurysamsi, yang kelak kemudian hari menjadi menantu K.H. Abdurrahman sekaligus menjadi pimpinan Pondok Modern Assalam pada tahun 1983.
Tahun 1983 adalah periode kedua dari sejak berdirinya pada tahun 1968. Mengapa disebut sebagai periode kedua ? Sebab sejak wafatnya K. Lukman Herawan pada tahun yang sama maka Pondok Modern Assalam kehilangan pimpinan yang menyebabkan pesantren Assalam vakum. Saat itu K.H. Abdurrahman kembali mengirim kadernya ke Pondok Modern Gontor yang diharapkan kelak akan menjadi penerus lembaga Pondok Modern Assalam. Maka K. Badrusyamsi,  yang akhirnya dikirim ke Pondok Modern Gontor untuk menimba ilmu di sana.
Setelah menyelsaikan pendidikannya di Gontor maka kembalilah K. Badrusyamsi ke Assalam untuk melanjutkan cita-cita KH. Abdurrahman dan putranya K.Ir. Lukman Herawan untuk memimpin Pondok Modern Assalam. Dan pada tahun 1983 dibukalah kembali Pondok Modern Assalam yang dipimpin oleh K. Badrusyamsi. Itu berarti bahwa selama 15 tahun lamanya Assalam berhenti dari aktifitas kemudian dibuka kembali pada tahun 1983. Itulah yang disebut dengan masa periode kedua
Sejak tahun beridirnya pada tahun 1983 kepemimpinan Pondok Modern Assalam sudah mengalami tiga periode kepemimpinan (1983-1997, 1997-2007, dan 2007 sampai sekarang). Pimpinan Pondok Modern Assalam saat ini berinisiatif untuk memisahkan lokasi pesantren putri ke Warungkiara Kabupaten Sukabumi. Alhamdulillah dengan kekuatan dzikir, fikir, kesabaran, serta ketulusan pimpinan, dewan guru, santri beserta alumni dan walinya juga muhsinin, insya Allah pada tahun 2014 pemisahan lokasi pesantren putri sudah terealisasi. Amin.

C.    ALAMAT PONDOK MODERN ASSALAM
1.      Alamat Surat dan Paket
a.       Assalam 1  : Kp. Situ Rt. 19/04 Desa Cibodas Kecamatan Bojonggenteng                                   Kabupaten Sukabumi Po. Box. 03 Kode Pos 43353
b.      Assalam 2  : Jl. Palabuhanratu KM. 29 Kp. Sukaharja Rt. 03/07 Desa Sukaharja                          Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat                    Kode Pos 43361
2.      Telepon           : (0266) 533 638
3.      Faximile          : (0266) 654 2948
4.      Website           : www.assalamsukabumi.or.id
5.      Email               : assalam_smi@yahoo.com

D.    STATUS HUKUM
Notaris. Dedy Suwandy, SH. SK Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: C-108.HT.03.01. TH. 2004 Tanggal 22 April 2012. Akta Notaris 08 Oktober 2010 No 14.

E.     TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Secara fundamental pendidikan ditujukkan untuk membentuk watak kepribadian dan mental seseorang sesuai dengan harapan pendidik atau cita-cita suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan. Pondok Modern Assalam mempunyai adagium, al-tarbiyyah ahammu min al-ta’lim, yang artinya bahwa pendidikan itu lebih penting daripada pengajaran, bertujuan untuk membentuk pribadi beriman, bertakwa, dan berakhlak karimah yang tentu diharapkan dapat mengabdi pada umat dengan penuh keikhlasan. Out put atau alumni yang dihasilkan pun diharapkan mampu berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat dari berbagai aspek, bukan hanya dalam kajian kitab kuning saja. Hal ini didukung dengan sistem pendidikan di Pondok Modern Assalam yang berlangsung 24 jam. Maka apa yang dilihat, didengar dan dirasakan serta yang dialami sehari-hari harus mengandung pendidikan.
Secara garis besar, arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Assalam mencakup,
1.      Pendidikan Kemasyarakatan
Dengan asumsi bahwa manusia adalah khalifah fi al-ardl (QS. Al-Baqarah [2]: 30) yang meniscayakan manusia sebagai human social, Pondok Modern Assalam berupaya menjadi pusat peradaban dan pendidikan santri dengan tidak melepaskan diri dari nilai pokok kemasyarakatan. Karena dalam pandangan Pondok Modern Assalam, seorang santri bukan hanya harus mampu membaca kitab kuning tetapi dia juga harus mampu memberdayakan dan menggerakan masyarakat. Artinya bahwa Pondok ingin agar kelak para santri menjadi agen perubahan masyarakat ke arah yang lebih progresif. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan kemasyarakatan secara sistematis diperkenalkan sejak dini kepada mereka.
Maka Pondok Modern Assalam secara seimbang memberikan pendidikan dan pengajaran yang mencakup aspek teoritis, nadzari, dan ‘amali. Dus, dalam wilayah ‘amali­-lah nilai-nilai kemasyarakatan itu diintegrasikan dalam bentuk organisasi, yang dalam hal ini Pondok Modern Assalam memberikan dua wadah keorganisasian,
a.       Organisasi Pelajar Pondok Modern Assalam (OPPMA)
b.      Koordinator Gerakan Pramuka Pondok Modern Assalam

Secara pragmatis kedua organisasi ini telah menjadi tulang punggung pendidikan Pondok Modern Assalam. Karena dengan kedua roda keorganisasian inilah semua pendidikan di Assalam diberdayakan, dimulai dari kebutuhan santri yang paling rendah sampai kegiatan santri yang paling akbar. Dengan motto, “Mau Dipimpin dan Siap Memimpin” para santri dididik bagaimana ia menjadi good society dan good leader pada tahap-tahap yang telah ditentukan oleh Pondok. Dengan menjadi good society para santri diharapkan mampu mengikuti dan memperhatikan kebijakan-kebijakan yang diberikan kepada mereka. Sedangkan dengan menjadi good leader seorang santri diharapkan mampu memberikan perubahan yang solutif dan progresif tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman dan jiwa kepondokmodernan.

2.      Kesederhanaan
Dikatakan dalam pepatah arab bahwa “khair al-umur ausathuha”. Nampaknya kata ausath dalam konteks kehidupan duniawi bisa dimaknai dengan sederhana. Ya, sederhana bukan berarti tidak hidup kaya dan juga bukan berarti hidup miskin. Dalam al-Qur’an dan hadis kata sederhana merupakan opposite dari israf  yang berarti berlebih-lebihan. Atau sering juga disebut qana’ah, merasa cukup. Adapun sikap berlebih-lebihan adalah sikap yang cenderung mengandalkan kemauan nafsu daripada kebutuhan. Maka kesederhanaan adalah pemenuhan diri atas suatu kebutuhan, needs, bukan kemauan, desire.  
Pondok Modern Assalam secara holistik telah menanamkan kepada seluruh santri untuk hidup sederhana, siapa pun dia, tidak ada perbedaan. Semua santri harus hidup sederhana. Kesederhanaan adalah salah satu yang ditanamkan di Pondok dengan adanya kewajiban untuk selalu hidup mandiri.
Adapun tujuan dari adanya konsep kesederhanaan tiada lain untuk menanamkan jiwa kedermawanan, ketabahan dan keuletan. Maka kesederhanaan secara fundamental bukan untuk menjadikan santri bermental miskin, apalagi melarat. Akan tetapi dengan pendidikan yang dibalut dengan kesederhanaan seorang santri malah bisa menjadi orang yang kaya. Maka tak salah jika dikatakan bahwa kesederhanaan sebagian daripada kekayaan.

3.      Tidak Berpartai
K.H. Ahmad Sahal, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, menegaskan, “Meskipun semua santri dan guru di Pondok ini adalah orang Muhammadiyah, Pondok ini tidak akan berubah menjadi Muhammadiyah. Dan meskipun semua santri dan guru di Pondok ini adalah anak orang Nahdhatul Ulama, Pondok ini tidak akan pernah berubah menjadi Nahdhatul Ulama”. Pernyataan ini menegaskan, dan setidaknya menjadi rujukan semua Pondok Modern, bahwa Pondok Modern ada untuk semua golongan, tidak terkecuali sama sekali.
Pondok Modern Assalam sebagai Pondok Alumni Gontor mempunyai arah kebijakan yang sama. Pondok Modern Assalam selalu berwarna putih walaupun elemen-elemennya berwarna-warni. Sejatinya terlepasnya Pondok Modern Assalam dari partai atau golongan tertentu tiada lain untuk menerapkan jiwa keikhlasan dalam belajar dan mengajar baik untuk para santri maupun ustadz.
Akan tetapi perlu diingat bahwa ketidakberpartaian Pondok modern Assalam bukan berarti menghilangkan karakteristik golongan Islam tertentu. Hal ini pun secara kongkret bisa dilihat dari pengajaran kitab-kitab klasik (turats islami) yang salah satu diantaranya adalah Bidayah al-Mujtahid karya Ibn Rusyd (pengarang kitab tahafut al-tahafut) yang membahas tentang kekayaan atau pluralisme proses dan hasil ijtihad para ulama.
Dalam tataran praktis sebenarnya ketidakberpihakan Pondok Modern Assalam dalam pendidikan ingin memanifestasikan salah satu ayat al-Qur’an, wa’tashimu bi hablillahi jami’a (QS. Ali-‘Imran [3]: 103). Hablullah ditafsirkan sebagai tali Allah yang semua muslim berpegah teguh kepadanya yang tiada lain adalah Islam sebagai agama dan pedoman hidup manusia.
Dengan demikian, santri yang telah menjadi alumni bebas dalam memilih faham/aliran keagamaan tanpa mengurangi prinsipnya sebagai seorang mukmin yang sejati.  

4.      Menuntut ilmu karena Allah
Ilmu pengetahuan, baik scientific knowledge atau scientific problems, secara fundamental ditunjukkan kepada manusia agar manusia bisa mengetahui siapa rab-nya bukan untuk mendapatkan ijazah. Hal ini dengan tegas dinyatakan dalam surah al-‘Alaq [96]: 1-5. Akan tetapi ilmu pengetahuan itu membutuhkan sarana yang baik dalam penyampaiannya. Karena banyak sarana yang tidak tepat bisa menjadikan peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan itu tidak sampai pada tujuan fundamental. Maka sejatinya orang yang berilmu adalah orang yang dengan ilmu semakin merasakan keberadaan Rab-nya. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya hanyalah ulama (QS. Al-Fathir [35]: 28)
Pondok Modern Assalam dalam hal ini menggunakan pendidikan sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu pengetahuan tersebut. Jika ilmu pengetahuan adalah suatu kewajiban, sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah, “Menuntut ilmu adalah wajib bagi seluruh muslim”,  maka sarana pun menjadi kewajiban secara substansial. Dalam ushul fiqh dinyatakan, ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib. Oleh sebab itu Pondok Modern Assalam mempunyai adagium, al-tarbiyah ahammu min al-ta’lim. K.H Imam Zarkasyi, pendiri Pondok modern Gontor pun pernah menyatakan bahwa kegiatan pendidikan yang dilaksanakan bukanlah ditunjukkan untuk mencetak pegawai tetapi untuk menciptakan para ilmuan yang dapat bergerak di berbagai bidang. Hal ini sesuai dengan motto Pondok Modern,
a.       Berbudi Tinggi
b.      Berbadan sehat
c.       Berpengetahuan luas
d.      Berfikiran bebas
Maka sejatinya orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam surah al-Mujadalah [58]: 11 bukan hanya orang yang berilmu semata tetapi orang yang dengan ilmunya dia tahu akan kerbedaan Rab-nya. Maka proses mencari ilmu di Pondok Modern Assalam tidak akan lepas dari sistem pendidikan yang akan menjadikan para santri sebagai manusia sejati, humanisasi, yang berasaskan nilai-nilai transendental, tauhid.

F.     JENJANG PENDIDIKAN
Tartbiyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (TMI) merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di Pondok Modern Assalam. Dengan TMI-nya Pondok Modern Assalam menyelenggarakan jenjang pendidikan selama 6 tahun untuk lulusan SD dan sederajat dan 4 tahun untuk santri lulusan MTs dan sederajat.
Dilihat dari penamaan lembaga TMI, Pondok Modern Assalam dalam hal ini tidak menggunakan nama KMI (Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah) sebagaimana di Gontor. Walaupun secara praktis materi dan sistem pengajaran Pondok Modern Assalam mengikuti Pondok Modern Gontor. Namun sesuai dengan kondisi geografis dan sosiologis Pondok Modern Assalam mengelaborasikan sistem pendidikannya dengan sistem Madrasah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Upaya sintesis ini pun tidak lepas dari upaya untuk menyegarkan aspek intelektualitas para santri agar tidak berkutat pada dirasah islamiyyah saja.
Adapun kesadaran sintesis ini tidak dengan sendirinya muncul dalam benak pendiri dan pimpinan pada saat itu. Maka pada tahun 1985, dua tahun setelah Assalam berdiri pada periode kedua, MTs dan MA diadakan guna menampung aspirasi dan masukan dari para wali santri yang menyantrikan anak-anak mereka di Pondok Modern Assalam. Upaya ini bukan untuk mengubah prinsip dan sistem Pondok Modern Gontor tetapi agar lebih dinamis dan sesuai dengan fakta sosial serta historis tempat Assalam berada.
Lalu satu hal yang paling penting bahwa pendidikan di Pondok Modern Assalam tidak terbatas pada pemberian materi di kelas atau sistim klasikal saja tetapi ia mencakup seluruh aspek yang ada di Pondok Modern Assalam. Sehingga segala yang dilihat, didengar, dirsasakan, dan diperhatikan santri di Pondok ini adalah semata untuk pendidikan.

G.    KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
Seluruh kegiatan ekstrakulikuler yang ada di Pondok Modern Assalam secara maksimal dikendalikan penuh oleh OPPMA (Organisasi Pelajar Pondok Modern Assalam) dan Koordinator Gerakan Pramuka. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut mencakup:
1.      Program peningkatan bahasa;
a.       Penyampaian kosa kata bahasa Arab dan Inggris setiap pagi
b.      Percakapan berbahasa Arab maupun Inggris, dua kali setiap minggunya, pada hari Selasan dan jum’at.
c.       Perlombaan pidato, drama dan cerdas cermat dalam bahasa Arab dan Inggris.
d.      Listening/sima’ah dua bahasa, Arab dan Inggris di Laboratorium Bahasa.
2.      Program pengajaran;
a.       Pengajian setiap sesudah shalat, khususnya magrhib dan shubuh
b.      Public Speaking dengan menggunakan tiga bahasa, Indonesia, Arab, dan Inggris.
c.       Pengajaran tilawah al-Qur’an dan tahsinnya. 
d.      Tahfidz al-Qur’an
3.      Kursus-kursus keterampilan dan kesian;
a.       Kaligrafi
b.      Melukis
c.       Komputer
d.      Janur mahakam
4.      Olahraga;
a.       Lari pagi,
b.      Sepak bola,
c.       Bola basket
d.      Bola takraw
e.       Futsal
f.       Tenis meja
g.      Badminton
h.      Bola voli
i.        Bela diri
j.        Senam lantai
5.      Penerbitan buletin dan majalah dinding oleh Kelompok Studi Islam (KSI) al-Rahman
6.      Pementesan seni yang ditampilkan tiap tahunnya oleh santri pondok Modern Assalam dalam rentetan acara Khutbatul ‘Arsy Cup
7.      Bidang Kepramukaan/Koordinator
a.       Latihan Kepramukaan setiap hari sabtu
b.      Kursus Mahir Dasar (KMD) yang dikhususkan untuk santri kelas 5.

H.    AKTIVITAS DAN PERAN PONDOK MODERN DALAM BIDANG USAHA DAN KEMASYARAKATAN
Dengan konsep kemandirian Pondok Modern Assalam mengembangkan wilayah usahanya dalam bidang perternakan sapi, perikanan, dan koperasi pesantren. Konsep kemandiriaan ini adalah dasar falsafah Panca Jiwa Pondok Modern Gontor serta merupakan inspirasi dari jejak pendiri. Dalam kehidupannya beliau senantiasa berusaha mandiri. Dalam hal kemandirian beliau pernah berujar, “Tisusruk tidungdung (kerja keras, tidak mengenal lelah) dug hulu peut nyawa (rela berkorban untuk perjuangan, baik harta, tenaga, pikiran bahkan nyawa sekalipun) kuru cileuh kenteul peujit (kurang tidur dan tahan lapar). Pernyataan inilah yang menjadi salah satu faktor yang mendasari jiwa kemandirian Pondok Modern Assalam secara menyeluruh dalam melakukan usaha-usaha kreatif yang ditunjukan secara khusus untuk pondok dan masyarakat.
Selain falsafah kemandirian dari Pendiri Pondok Pondok Modern Assalam diatas, kalimat ini pun sudah menjadi slogan yang menunjukan jati diri Assalam,“Maju bukan karena dibantu tetapi dibantu karena maju”. Dengan falsafah dan semangat keikhlasan maka Pondok Modern Assalam saat ini telah melakukan pengembangan usaha lewat pertanian dan konveksi, dan industri.   

I.  TENAGA PENDIDIK
Tenaga Pengajar, atau yang sering diistilahkan dengan ustadz dan ustadzah, merupakan inti daripada sistem pendidikan yang bergulir di Pondok Modern Assalam. Merekalah yang secara 24 jam senantiasa memantau, melihat, dan memperhatikan serta mengawasi tingkah laku para santri. Bukan hanya itu mereka pulalah yang mengajarkan ilmu yang terkonsep dalam kurikulum Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyyah. Maka tenaga pengajar di Pondok Assalam mempunyai multifungsi, baik itu sebagai pengajar maupun pendidik.
Sebagai Pondok Alumni Gontor, Pondok Modern Assalam pada awal berdirinya tentu membutuhkan tenaga-tenaga pengajar yang berasal dan merupakan alumni Pondok Modern Gontor. Setidaknya sampai saat ini sejak 1983 para ustadz yang berasal dari Gontor masih ada dan mempunyai keluarga. Setelah mengeluarkan alumninya kemudian Pondok Modern Assalam mengambil sebagian besar tenaga pengajarnya dari internal Pondok.
Adapun jumlah tenaga pengajar pada tahun 2013 secara keseluruhan berjumlah 80 % alumni Assalam dan 20 % alumni Pondok modern Gontor dan dari lembaga-lembaga lainnya.  Adapun tenaga pengajar terdiri dari tamatan S1 dan S2 dalam maupun luar negeri. Diantara dewan guru ada yang sedang dan sudah menamatkan studinya di Universtas Andalusia, Yaman, Universtas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung, Universitas Djuanda, , UHAMKA, ISID Gontor, STAI, STISIP, STIMIK, dan lain sebagainya.

J. ALUMNI
Jika Pondok modern Gontor mempunyai wadah alumni yang bernama Ikatan Alumni Pondok Modern (IKPM) sebagai wadah alumni untuk menyalurkan tenaga dan pikiran untuk Pondok almamater mereka maka Pondok Modern Assalam memiliki IKPMA (Ikatan Pondok Modern Assalam). Sejak berdirinya sampai sekarang Pondok ini sudah mengeluarkan 23 periode alumni putra dan 12 periode alumni putri.
Sekeluarnya (pengabdian) dari Pondok ini diantara para alumni ada yang melanjutkannya ke jenjang pendidikan tinggi, kepolisian, dan bahkan ke jenjang pernikahan.  Adapun universitas yang sudah dan sedang ditempuh oleh para alumni Pondok Modern Assalam diantaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), UNPAD, UIN (Bandung, Jakarta, Yogyakarta) IAIN (Ampel dan Semarang), UHAMKA, UNJ, UNY, dan universitas lokal lainnya. Universitas Madinah, Universitas al-Azhar, Kairo, dan Universitas Andalus, Yaman, adalah tiga dari banyak universitas luar negeri yang pernah menjadi tempat studi para alumni Assalam.
Peran alumni selain sebagai representasi atau wujud nyata dari hasil pendidikan Pondok Modern Assalam terhadap dunia luar, mereka pun secara aktif memberikan kontribusi terhadap Pondok Modern Assalam, baik itu bersifat moril maupun materil. Oleh karenanya harus ada suatu wadah agar dapat menampung aspirasi tersebut, dan itu ada di IKPMA, yang tiada lain merupakan wadah pemikiran dan gerakan alumni untuk menjadikan Pondok Modern Assalam lebih progresif dari masa ke masa.

K.  MEDIA TRANSFORMASI AJARAN ASSALAM
Ada tiga bentuk cara Pondok Modern Assalam untuk selalu mengukuhkan eksistensinya dalam mencetak kader-kader muslim yang sesuai dengan misi Pondok Modern Assalam yang tiada lain adalah dengan perbuatan, tulisan, dan lisan. Dalam hal perbuatan Pondok Modern Assalam menekankan secara internal terhadap dewan guru dan seluruh santrinya untuk selalu menjaga etika dan tingkah laku terhadap seluruh orang tanpa terkecuali.
Disini Pondok Modern Assalam meletakkan pembentukan akhlak sebagai prioritas pengetahuan. Selanjutnya kesungguhan dan ketulusan para dewan guru dalam mentransormasikan ilmu dan membantu perkembangan pesantren. Terakhir kiprah alumni di masyarakat menjadi tumpuan dakwah Assalam terhadap khalayak masyarakat yang berada di luar lingkungan Assalam.
Media lisan menjadi langkah selanjutnya Assalam untuk selalu menjaga relasi dan silaturahmi agar tetap harmonis antara Assalam dengan masyarakat dan khususnya wali santri. Terlebih media ini bisa menciptakan suasana keakraban tanpa diliputi sikap kecurigaan terhadap masyarakat. Khutbatul ‘Arsy dan Silaturahmi Awal Tahun adalah agenda pertemuan yang dihadiri oleh seluruh elemen Pondok Modern Assalam, baik itu pimpinan, dewan guru, santri maupun wali santri. Di sini ada komunikasi secara terbuka antar dewan guru dan wali santri tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pesantren.
Sesuai dengan perkembangan teknologi dan modernitas media tulisan saat ini sudah menjadi kewajiban bagi setiap lembaga mana pun baik itu yang bersifat offline maupu online. Pondok Modern Assalam oleh sebab itu memanfaatkan media ini sebagai alternatif dakwah dan syi’ar. Namun Assalam sendiri tidak terlena dengan segala media tulisan yang ada. Sebaliknya Assalam pun mendidik para santri untuk menumbuhkembangkan kreatifitas menulis dengan diadakannya Kelompok Studi Islam Ar-Rahman dan Al-Barakah.